Titah modal telah menjarah tawa lucu akar2
rumput kecil,
hingga mereka terserabut dari tanah penopang
hidup.
Tak lagi camar2 berkicau merdu krn laut kini bercampur darah.
Tak lagi camar2 berkicau merdu krn laut kini bercampur darah.
Aromanya amis. Pekat tak berwarna namun
beracun.
Desau sepoi angin. Kini mendayu-dayu licik berkandung merkuri.
Perih sengatannya jika terhirup.
Hingga lambaian nyiur tak lagi tegak karena kuning bertanda kering.
Ilalang punah tanpa bekas, berubah tandus singgahi dahaga.
"Pacul & mata kail" tak lagi berproduksi, tergilas teknologi kapital.
Petani & Nelayan tinggal nama. Mangkat dari tahta singgasana zaman!
Kini, hanya sebagai buruh tuk' menjawab lapar.
Dan bagai anjing setia pada tuannya, serdadu berlaras senantiasa menjilat pada sang tuan,
berdiri mengangkang dgn congkak sembari mengokang senjata,
siap berlandas di medan.
Tapi miris!
Tuan2 serdadu berperang melawan para budak sahaya tanpa senjata, apalagi harta!
Manusia terlindas pada peradaban kotor, hingga terpenjara diujung malam.
Dan esok,
merah kan menyuplai asa.
Desau sepoi angin. Kini mendayu-dayu licik berkandung merkuri.
Perih sengatannya jika terhirup.
Hingga lambaian nyiur tak lagi tegak karena kuning bertanda kering.
Ilalang punah tanpa bekas, berubah tandus singgahi dahaga.
"Pacul & mata kail" tak lagi berproduksi, tergilas teknologi kapital.
Petani & Nelayan tinggal nama. Mangkat dari tahta singgasana zaman!
Kini, hanya sebagai buruh tuk' menjawab lapar.
Dan bagai anjing setia pada tuannya, serdadu berlaras senantiasa menjilat pada sang tuan,
berdiri mengangkang dgn congkak sembari mengokang senjata,
siap berlandas di medan.
Tapi miris!
Tuan2 serdadu berperang melawan para budak sahaya tanpa senjata, apalagi harta!
Manusia terlindas pada peradaban kotor, hingga terpenjara diujung malam.
Dan esok,
merah kan menyuplai asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar